A. Pendahuluan
Iman adalah percaya dan
meyakini bahwa Allah SWT adalah tuhan semesta alam. Sedangkan taqwa adalah
mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Masalah
iman dan taqwa ini sangat menarik untuk dibicarakan, terutama dalam
implementasi di kehidupan modern seperti saat ini. Semakin berkembangnya dunia
saat ini selain berdampak positif, juga berdampak negatif. Dalam kehidupan
modern ini, iman dan taqwa sangat diperlukan untuk menguatkan landasan hidup
bagi manusia. Misalnya, dalam hal pendidikan, pekerjaan, keluarga, masyarakat,
pergaulan, dan sebagainya. Tetapi kenyataannya saat ini banyak orang yang
mengaku beriman tetapi mereka jarang sekali menerapkan iman dan ketaqwaan
mereka dalam kehidupan. Sedangkan mereka sendiri mengaku sebagai umat Islam
yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT.
Kehidupan
modern telah membuat sebagian masyarakat lupa akan hakikat manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah SWT yang wajib beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Mereka
sibuk mencari kepuasan dan kenikmatan duniawi. Mereka lebih mementingkan
kebutuhan materi dibandingkan dengan kebutuhan rohani. Semua rela mereka
korbankan hanya untuk memenuhi hawa nafsu mereka..
B. Pengertian Iman
Menurut
bahasa iman berarti membenarkan, sedangkan menurut syara’ berarti membenarkan
denagn hati, dalam arti menerima dan tunduk kepada hal-hal yang diketahui
berasal dari Nabi Muhamad. Dengan demikian Iman kepada Allah berati iman atau percaya
bahwa Allah satu-satunya dzat yang mencipta, memelihara, menguasai, dan
mengatur alam semesta. Iman kepada keesaan Allah juga berarti iman atau yakin
bahwa hanya kepada Allah-lah manusia harus bertuhan, beribadah memohon pertolongan, tunduk,
patuh, dan merendahkan diri. Selain itu iman kepada keesaan Allah juga berarti
mempercayai bahwa Allah-lah yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan
terlepas dari sifat tercela atau dari segala kekurangan.
Iman
tidak cukup disimpan didalam hati. Iman harus dilahirkan dalam bentuk perbuatan
yang nyata dan dalam bentuk amal sholeh atau perilaku yang baik. Disamping itu,
pengertian tersebut juga membawa makna bahwa iman tidak sekedar beriman kepada
apa yang disebutkan di dalam “rukun iman” saja, yaitu iman kepada Allah, iman kepada
malaikat-malaikat-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha’ dan
qadar, tetapi lebih dari itu, cakupan iman meliputi pengimanan terhadap segala
hal yang dibawa oleh Nabi Muhammad selain rukun iman tersebut. Misalnya, iman
terhadap kewajiban sholat, zakat, puasa, haji, dan juga tentang halal haramnya
sesuatu.
C. Taqwa
Menurut
imam ghozali : Taqwa di dalam Al qur’an disebut dalam tiga pengertian. Pertama : Takut dan malu, Kedua :Taat dan beribadah, Ketiga : Membersihkan hati
dari dosa, dan yang terakhir adalah taqwa yang sejati.
Demikianlah
pengertian taqwa menurut imam ghozali. Secara umum, taqwa adalah perkataan yang
mengungkapakn penghindaran diri dari kemurkaan Allah SWT dan Siksa-Nya. Yakni
dengan melaksanakan apa yang diperintah-Nya dan menahan diri dari melakukan
segala larangan-Nya. Hakikat taqwa ialah Tuhan melihat kehadiranmu dimana Dia
telah melarangmu. Tuhan tidak kehilangan kamu dimana Dia telah memerintahkanmu.
D. Amalan Taqwa
Amalan
taqwa bukan sebatas apa yang terkandung di dalam rukun islam, seperti syahadat,
sholat, zakat, dan haji saja. Bukan sebatas membaca Al qur’an atau berwirid dan
berzikir. Amalan taqwa juga tidak dimasjid saja. Amalan taqwa adalah apa saja
amalan dan perbuatan didalam kehidupan yang dilandaskan syariat, baik itu
fardhu, wajib, sunah, mubah, atau apa saja amalan dan perbuatan yang dijauhi
dan ditinggalkan baik itu haram dan makruh.
Ini
termasuklah segala perkara yang berlaku dalam kehidupan baik dalam kehidupan keseharian,
dalam bidang ekonomi, pembangunan, pendidikan, kenegaraan, kebudayaan,
manajemen, kesehatan dan sebagainya. Asalkan yang dilakukan atau ditinggalkan
itu terkait dan karena Allah, maka itu taqwa. Sedangkan amalan yang tidak
terkait dan tidak dilakukan karena Allah, itu adalah amalan yang tidak ada nyawa, jiwa, atau rohnya dan ia tidak
ada nilainya di sisi-Nya.
Begitu
pentingnya ketaqwaan bagi seorang muslim, sehingga derajat seorang manusia
ditentukan oleh kadar ketaqwaannya kepada Allah. Mulia atau tidaknya seorang
manusia bukan ditentukan oleh banyaknya harta yang dimiliki atau jabatan yang
di duduki. Tidak mustahil jika ada seseorang, jabatannya tinggi, hartanya
melimpah, dipuji oleh manusia, tetapi karena tidak bertaqwa kepada Allah maka
ia pun tidak memiliki derajat bahkan hina dihadapan Allah SWT. sebaliknya,
seorang pemulung yang dicaci dan hina dihadapan manusia, jika bertaqwa maka ia
memiliki derajat yang mulia dihadapan Allah SWT. Derajatnya melebihi seorang
pejabat yang dipuji ternyata korupsi. Berbicara juga dapat menjadi taqwa kalau
apa yang di bicarakan itu adalah ilmu, nasihat atau perkara-perkara yang baik,
dan manfaat, dan dilakukan karena Allah. Diam juga dapat menjadi taqwa kalau
diam itu untuk mengelakkan dari berkata-kata yang maksiat dan sia-sia atau
supaya tidak menyakiti hati orang dan dilakukan karena takut kepada Allah.
Di antara ciri-ciri orang
yang bertaqwa kepada Allah itu adalah :
1. Gemar menginfaqkan harta bendanya dijalan Allah, baik dalam waktu
sempit maupun lapang.
2.
Mampu menahan diri dari sifat
marah.
3. Selalu memaafkan orang lainyang telah membuat salah kepadanya ( tidak
pendendam).
4. Tatkala terjerumus pada perbuatan keji dan dosa atau mendzalimi diri
sendiri, ia segera ingat Allah, lalu bertaubat, memohon ampun kepada-Nya atas
dosa yang telah dilakukan.
5. Tidak meneruskan perbuatan keji itu lagi, dengan kesadaran dan
sepengetahuan dirinya.
Betapa
pentingnya nilai taqwa. Hingga merupakan bekal yang terbaik dalam menjalani
kehidupan didunia dan betapa tinggi derajat taqwa, hingga manusia yang paling
mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa di antara mereka. Dan banyak
sekali buah yang akan dipetik, hasil yang akan diperoleh dan nikmat yang akan diraih oleh
orang yang bertaqwa di antaranya adalah :
1. Ia akan memperoleh Al-Furqon yaitu kemampuan untuk membedakan antara
yang haq dan yang batil, halal dan haram, antara yang sunnah dengan bid’ah.
Serta kesalahan-kesalahannya dihapus dan dosa-dosanya di ampuni.
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) (#qà)Gs? ©!$# @yèøgs öNä3©9 $ZR$s%öèù öÏeÿs3ãur öNà6Ztã öNä3Ï?$t«Íhy öÏÿøótur öNä3s9 3 ª!$#ur rè È@ôÒxÿø9$# ÉOÏàyèø9$# ÇËÒÈ
Hai orang-orang yang beriman,
jika kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan kepadamu Furqon dan
menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Anfal: 29)
2. Ia akan memperoleh jalan keluar dari segala macam problema yang
dihadapinya, amalan-amalan baiknya diterima oleh Allah hingga menjadi berat timbangannya di hari akhir
kelak, mudah penghisabannya dan ia menerima kitab catatan amalnya dengan tangan
kanan.
3. Amalan-amalan baiknya diterima oleh Allah hingga menjadi berat
timbangannya di hari kiamat kelak, mudah penghisabannya dan ia menerima kitab
catatan amalnya dengan tangan kanan.
4. Serta Allah memasukkan ke dalam Surga, kekal di dalamnya serta hidup
dalam Keridhoan-Nya.
E. Ciri-ciri Masyarakat Modern
Masyarakat
modern adalah komunitas orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan
ikatan dan aturan-aturan tertentu yang bersifat modern serta penggunaan teknologi.
Ciri-ciri
pokok masyarakat modern menurut Deliar Noor:
a.
Bersifat rasional yakni lebih
mengutamakan pendapat yang berdasarkan akal.
b.
Berfikir untuk masa depan yang
lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat.
c.
Menghargai waktu, yakni dengan
memafaatkan waktu sebaik-baiknya dan seefektif mungkin sehingga tidak ada waktu
yang mubadzir tanpa makna.
d.
Bersifat terbuka yakni mau
menerima kritikan, saran, masukan untuk perbaikan yang datang dari manapun.
e.
Berfikir obyektif, yakni melihat
segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.
F. Tantangan, Problema Dan Resiko Kehidupan Modern
Disaat manusia beranjak
dewasa yang ditandai oleh kesempurnaan akalnya, maka semenjak itu ia mulai
berpikir tentang ‘keberadaannya’ di dunia ini. Ia mulai berpikir tentang
beberapa pertanyaan mendasar yang sangat perlu, bahkan ia harus jawab. Jawaban
tersebut akan menjadi landasan kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Selama
masalah ini belum terjawab, selama itu pula menusia tersesat tanpa tujuan yang
jelas dan tidak akan berjalan di dunia dengan tenang. Karena sifatnya yang
demikian beberapa pertanyaan pokok dan mendasar ini sering disebut sebagai
‘uqdatul kubro’ (masalah/simpul yang sangat besar).
Pertanyaan
mendasar tersebut berupa:
-
Darimanakah asal manusia dari
kehidupan ini?
-
Untuk apa manusia dan kehidupan
ini ada?
-
Mau kemana manusia pada saat ini
dan kehidupan setelah ini?
Bila
pertanyaan ini terjawab, terlepas dari jawaban benar atau salah- maka seseorang
akan memiliki landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupannya.
Selanjutnya ia berjalan dengan suatu ‘landasan’ dan berbuat dengan standar dan nilai yang
berlandaskan ‘landasan’ tersebut.
Berikut
ini merupakan simpulan permasalahan masyarakat kita akibat produk dunia
pendidikan:
1.
Agama dipandang sebagai sesuatu
yang terpisah dengan pengaturan kehidupan (sekularisme) sehingga agama (Islam)
tidak lagi berperan sebagai pengendali motivasi manusia (driving integrating
motive) atau factor pendorong (unifying factor).
2.
Kepribadian peserta didik
mengalami keguncangan citra diri (disturbance of self image) dan kepribadian
yang pecah (spli personality) sehingga tidak memiliki kepribadian yang Islami
(Asy Syakhshiyyah Al Islamiyyah).
3.
Pola hidup masyarakat bergeser
dari social-religius kearah masyarakat individual materialistis dan sekuler.
4.
Pola hidup sederhana dan produktif
cenderung kearah pola hidup mewah dan konsumtif.
5.
Struktur keluarga yang semula
extended family cenderung kearah nuclear family bahkan menuju single parent
family.
6.
Hubungan keluarga yang semula erat
dan kuat cenderung menjadi longgar dan rapuh.
7.
Nilai-nilai agama dan tradisional
masyarakat cenderung berubah menjadi masyarakat modern bercorak sekuler dan
permissive society.
8.
Lembaga perkawinan mulai diragukan
dan masyarakat cenderung untuk memilih hidup bersama tanpa nikah.
9.
Ambisi kerier dan materi yang
tidak terkendali mengganggu hubungan interpersonal baik dalam keluarga maupun
masyarakat.
10. Jaminan terhadap kesehatan bagi masyarakat juga semakin jauh. Dengan
adanya swastanisasi pada pengelolaan kesehatan berakibat pada mahalnya biaya
kesehatan. Sementara fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah tetap tidak
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang memadai.
G. Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problem dan Tantangan Kehidupan Modern
Pendidikan
yang materialistik – sebagaimana dapat dicermati pada Bagian Skematis Akar
Masalah Pendidikan dan Solusi Paradigmatiknya – adalah buah dari kehidupan
sekuleristik yang terbukti telah gagal menghantarkan manusia menjadi sosok
pribadi yang utuh, yakni seseorang Abidu al-Shalih yang Muslih. Hal ini
disebabkan oleh dua hal.
Pertama,
paradigma pendidikan yang keliru dimana dalam sistem kehidupan sekuler, asas
penyelenggaraan pendidikan juga sekuler. Tujuan pendidikan yang ditetapkan juga
adalah buah dari paham sekuler tadi, yakni sekadar membentuk manusia-manusia
yang berpaham materialistik dan serba individualistik.
Kedua,
kelemahan fungsional pada tiga unsure pelaksana pendidikan, yakni (1) kelemahan
pada lembaga pendidikan formal yang tercermin dari kacaunya kurikulum serta
tidak berfungsinya guru dan lingkungan sekolah/ kampus sebagai medium
pendidikan sebagaimana mestinya, (2) kehidupan keluarga yang tidak mendukung,
dan (3) keadaan masyarakat yang tidak kondusif.
Kacaunya
kurikulum yang berawal dari asasnya yang sekuler tadi kemudian mempengaruhi
penyusun struktur kurikulum yang tidak memberikan ruang semestinya kepada
proses penguasaan tsaqofah Islam dan pembentukan kepribadian Islam. Tidak
berfungsinya guru/ dosen dan rusaknya proses belajar mengajar tampak dari peran guru yang
sekadar berfungsi sebagai pengajar dalam proses transfer ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge), tidak sebagai pendidik yang berfungsi dalam transfer
ilmu pengetahuan dan kepribadian (transfer personality), karena memang
kepribadian guru/ dosen sendiri banyak tidak lagi pantas untuk diteladani. Lingkungan
fisik sekolah/ kampus yang tidak tertata dan terkondisi secara Islami (ditambah dengan
minimnya sarana pendukung, seperti masjid/ mushola) turut
menumbuhkan budaya yang tidak memacu proses pembentukan kepribadian peserta
didik. Akumulasi kelemahan pada unsur sekolah/ kampus itu akhirnya
menyebabkan tidak optimalnya pencapaian tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
Begitu
halnya dengan kelemahan pada unsur keluarga yang umurnya tampak dari lalainya
para orang tua untuk secara sungguh-sungguh menanamkan dasar-dasar keislaman
yang memadai kepada anaknya. Lemahnya pengawasan terhadap pergaulan anak dan
minimnya teladan dari orang tua dalam sikap keseharian terhadap anak-anaknya,
makin memperparah terjadinya disfungsi rumah sebagai salah satu unsur pelaksana
pendidikan.
Sementara
itu, masyarakat yang semestinya menjadi media pendidikan yang riil justru
berperan sebaliknya akibat dari berkembangnya sistem nilai sekuler yang tampak
dari penataan semua aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, termasuk
tata pergaulan sehari-hari yang bebas dan tak acuh pada norma agama;
berita-berita pada media masa yang cenderung mempropagandakan hal-hal negative
seperti pornografi dan kekerasan, serta langkahnya keteladanan pada masyarakat.
Kelemahan pada unsure keluarga dan masyarakat ini pada akhirnya lebih banyak
menginjeksikan beragam pengaruh negatif pada anak didik. Maka yang terjadi
kemudian adalah sinergi pengaruh negatif kepada pribadi anak didik.
Oleh
karena itu, penyelesaian problem pendidikan yang mendasar harus dilaksanakan
pula secara fundamental, dan itu hanya dapat diwujudkan dengan melakukan
perbaikan secara menyeluruh yang diawali dari perubahan paradigm pendidikan
sekuler menjadi paradigma Islam. Sementara pada tataran derivatnya, kelemahan ketiga factor di
atas diselesaikan dengan cara memperbaiki strategi fungsionalnya sesuai dengan
arahan Islam.
1.
Solusi pada Tataran Paradigmatik.
Secara
paradigmatik, pendidikan harus dikembalikan pada asas aqidah Islam yang bakal
menjadi dasar penentuan arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan
standar nilai ilmu pengetahuan serta proses belajar mengajar, termasuk
penentuan kualifikasi guru/dosen serta budaya sekolah/ kampus yang akan
dikembangkan. Sekalipun pengaruhnya tidak sebesar unsur pendidikan yang yang
lain, penyediaan sarana dan prasarana juga harus mengacu pada asas di atas.
Paradigma
baru pendidikan yang berasal aqidah Islam itu semestinya juga harus berlangsung
secara berkesinambungan mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi yang pada
ujungnya nanti diharapkan mampu menghasilkan keluaran (output) peserta didik
yang berkepribadia Islam (syakhshiyyah Islamiyyah) menguasai tsaqofah dan
ilmu-ilmu kehidupan (iptek dan keahlian). Bila dalam orientasi keluaran dari
pendidikan sekuleristik ketiga unsure tersebut terpisah satu sama lain dan
diposisikan berbeda dimensi (agama-non agama) dengan proporsi sangat tidak
seimbang yang menyebabkan kegagalan pembentukan karakter dan kepribadian
peserta didik selama ini, maka dalam pendidikan yang ideal ketiga unsur
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh.
Melihat
kondisi obyektif pendidikan saat ini, langkah yang diperlukan adalah optimasi
pada proses-proses pembentukan kepribadian Islam (syakhsiyyah Islamiyyah) dan
penguasaan tsaqofah Islam serta meningkatkan pengajaran sains-teknologi dan
keahlian sebagaimana yang sudah ada dengan menata ontologi, epistemologi dan
aksiologi keilmuan yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam, mengintegrasikan
ketiganya seperti yang tampak pada Bagan Solusi Orientasi Pendidikan. Optimasi
dan Integrasi.
2.
Solusi pada Tataran Strategi
Fungsional
Pendidikan
yang integral harus melibatkan tiga unsur pelaksana, yaitu keluarga, sekolah/ kampus dan
masyarakat. Bagan Faktual 3 Unsur Pelaksana Pendidikan. Sinergi pengaruh
negatif, menggambarkan kondisi faktual obyektif pendidikan saat ini, dimana
ketiga unsur pelaksana tersebut belum berjalan secara sinergis, disamping
masing-masing itu juga memberikan pengaruh kepada unsur pelaksana pendidikan
yang lain.
Maksudnya,
buruknya pendidikan anak di rumah memberi beban berat kepada sekolah/ kampus dan menambah
keruwetan persoalan di tengah masyarakat seperti terjadinya tawuran pelajar,
seks bebas, narkoba dan sebagainya. Sementara, situasi masyarakat yang buruk
jelas membuat nilai-nilai yang mungkin sudah berhasil ditanamkan di tengah
keluarga dan sekolah/ kampus menjadi kurang optimum. Apalagi bila pendidikan yang diterima di
sekolah juga kurang bagus, maka lengkaplah kehancuran dari tiga pilar
pendidikan tersebut.
Berdasarkan
pengorganisasian, proses pendidikan bisa dibagi menjadi dua, yakni secara
formal di sekolah/ kampus dan secara nonformal di luar kampus-sekolah/ lingkungan yakni
keluarga dan masyarakat.
H. Kesimpulan
Bahwa
iman dan taqwa itu sesuatu yang harus dimiliki seorang mukmin, karena dengan
itu kita bisa menyakini , dan takut hanya kepada Allah. Sehingga apa yang
diperintahkan Allah kita selalu senantiasa mengerjakannya. Taqwa juga bisa
menjadiakn kita sebagai manusia yang mulia di sisi Allah.
Bila
landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupan manusia sudah mulai
goyah atau terbuai dengan perkembangan zaman, maka manusia akan mulai mengalami
kehancuran. Hal ini bisa dicegah dengan selalu memupuk iman dan ketaqwaan dalam
diri.
REFERENSI
http://nadealdeol.blogspot.com/2008/09/implementasi-iman-dan-taqwa-dalam.html
diakses tanggal 14 Februari 2012.
http://reysafara.blogspot.com/2011/01/implementasi-iman-dan-taqwa-dalam.html diakses tanggal 14 Februari 2012.
Senin, 13 Februari 2012
//
Label:
Makalah
//
0
komentar
//
0 komentar to "Implementasi Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan Modern"
Diberdayakan oleh Blogger.
Tentang Saya
- untunk cell
- orangnya baek, jujur, baik hati,pecinta wanita, sekarang sedang kuliah di unisfat demak ambil tarbiyah
Daftar Isi
-
▼
2012
(26)
-
▼
Februari
(20)
- Cara Mengatasi Dengki
- Daemon tool
- KISAH QARUN
- Meninggalkan Dusta Diterima Kerja
- MARS UNISFAT
- Ringkasan Pengasas Empat Mazhab
- Musuh Dalam Selimut
- Kisah Seekor Ulat Dengan Nabi Daud a.s.
- Pengertian Ibadah, Paham Yang Salah Tentang Ibadah...
- Terapi Rasulullah Dalam Penyembuhan Penyakit Al-Is...
- Implementasi Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan Modern
- Fadhilah Majlis Zikir
- Amal Yang Membuka Pintu Syurga
- Allah Maha Pengampun
- 5 s
- Pentingnya Wanita Menjaga Keperawanan
- RPP tayamum
- RELEVANSI AGAMA DAN FILSAFAT
- Contoh proposal kegiatan jurnalistik
- Sertifikat Sosialisasi HIV AIDS
-
▼
Februari
(20)
Blog Archive
-
▼
2012
(26)
-
▼
Februari
(20)
- Cara Mengatasi Dengki
- Daemon tool
- KISAH QARUN
- Meninggalkan Dusta Diterima Kerja
- MARS UNISFAT
- Ringkasan Pengasas Empat Mazhab
- Musuh Dalam Selimut
- Kisah Seekor Ulat Dengan Nabi Daud a.s.
- Pengertian Ibadah, Paham Yang Salah Tentang Ibadah...
- Terapi Rasulullah Dalam Penyembuhan Penyakit Al-Is...
- Implementasi Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan Modern
- Fadhilah Majlis Zikir
- Amal Yang Membuka Pintu Syurga
- Allah Maha Pengampun
- 5 s
- Pentingnya Wanita Menjaga Keperawanan
- RPP tayamum
- RELEVANSI AGAMA DAN FILSAFAT
- Contoh proposal kegiatan jurnalistik
- Sertifikat Sosialisasi HIV AIDS
-
▼
Februari
(20)
Followers
Popular posts
most viewed posts
- HADIST TENTANG PERSAUDARAAN ISLAM
- Contoh Curriculum Vitae Seminar
- Implementasi Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan Modern
- TAKTIK PEMBELAJARAN
- PROBABILITAS
- Proposal Penelitian Kuantitatif
- MASLAHAH AL MURSALAH
- METODE PENGAJARAN HURUF VOKAL DAN KONSONAN DALAM BAHASA ARAB
- POLA KALIMAT NOMINAL DALAM BAHASA ARAB
- Logo dan Sertifikat PMII
Categories
tags
- Anime (1)
- cari- cari (1)
- link artikel (3)
- logo (4)
- Makalah (15)
- PMII (10)
- Puisi (1)
- pusaka (1)
- unisfat (6)