http://www.seblak.net/2009/03/10/tidak-ada-anak-bodoh-mengenal-sekilas-tentang-multiple-intelligences/

Read more


http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/09/anak-idiot-jangan-menyerah-dulu

Read more


link

http://balianzahab.wordpress.com/2010/05/19/perilaku-idiot-yang-bisa-berujung-pada-kematian/

Read more


http://btemplates.com/blogger-templates/magazine/

http://btemplates.com/blogger-templates/magazine/

Read more


POLA KALIMAT NOMINAL DALAM BAHASA ARAB

MAKALAH

POLA KALIMAT NOMINAL DALAM BAHASA ARAB


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Bahasa Arab





Disusun oleh :
Kelompok III

Untung Ali Romdon
Zaenal Arifin
M. Tamamul Umam
Siti Muyasaroh
Fatihatul Malikhah


UNIVERSITAS SULTAN FATAH
DEMAK
2009


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI 2
KATA PENGANTAR 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. Ilmu Dalam Bahasa Arab 5
B. Pengertian Mubtada’ dan Khobar 6
C. Pembagian Mubtada dan Khobar 7
BAB III PENUTUP 12
A. KESIMPULAN 12
B. SARAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13



KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat iman dan islam kepada kita. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw., keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.
Anak amanat Allah yang dititipkannya kepada kedua orang tua agar diasuh, dididik, dan dibina berdasarkan nilai-nilai Islam secara utuh. Anak di ibaratkan selembar kertas putih yang polos, bergantung bagaimana orang tua mendidiknya maka terbentuklah watak si anak sesuai dengan apa yang didapatnya dari berbagai benda yang ia lihat dari luar dan bagaimana ia mendapatkan hal-hal baru dari lingkungannya. Sehubungan dengan hal tersebut, alangkah baiknya jika dari kecil kita di didik untuk mengenal bahasa arab yang merupakan bahasa al-qur’an, sehingga kita bisa memahami alquran dengan baik.
Dengan penuh kesadaran, kami memaklumi bahwa penyusunan makalah ini sangat jauh dari sempurna, sehingga sekiranya ada kritik dan saran yang membangun dari pembaca maupun dari teman-teman akademis lainnya sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah kami berikutnya.
Semoga dengan kehadiran makalah ini, sekiranya dapat berguna bagi pembaca dan para pendidik sehingga mengetahui bagaimana memberikan pengajaran yang utama bagi anak pada usia dini, sehingga pendidikan tersebut bisa menjadikan si anak menjadi individu yang qurani dan terbiasa kritis.
Teriring harapan kepada para pembaca dan untukmemberikan tegur-sapa dan kritik yang membangun demi perbaikan makalah ini.



Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam Bahasa Arab, keberadaan nominal menjadi sangat mutlak karena dalam penggunaan bahasa arab, kita senantiasa menggunakannya. Adapun contoh dari nominal yang seringkali digunakan adalah mubtada’ dan khobar. Akan tetapi dalam perjalanan dewasa ini, kita sentiasa dibuat bingung oleh pengertian-pengertian dari bahasa arab, ap itu mubtada’ dan bagaimanakah khobar itu, senantiasa menjadi pertanyaan bagi kita para pemuda yang baru belajar bahasa arab.
Di dalam penyusunan makalah ini kita akan membahas pengertian dari mubtada’ khobar dan bagaimanakah cara penggunaannya berikut keterangan-keterangan yang akan menjadikan kita sedikit banyak menjadi mengerti akan keberedaan nominal dalam bahasa arab ini

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetian bagi para akademis dan pembaca agar mengerti sedikit banyak tentang nominal dan pengertiannya dalam bahasa arab. Selain itu juga sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah bahasa arab

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu Dalam Bahasa Arab

Sebelum kita mempelajari tentang nominal dalam bahasa arab, ada baiknya kita mengerti dulu tentang berbagai disiplin ilmu yang ada dalam kajian ini, ilmu yang dikembangkan dalam Pendidikan Agama islam mencakup ilmu, bahasa Arab, Ilmu Tafsir Al-qur’an, Ilmu Manthiq (Logika), Ilmu Hadits, Ilmu Rijjal, Ilmu Ushul Fiqh
.
Pembagian dan pengertian dari berbagai dispilin ilmu tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bahasa Arab
Mencakup nahwu, sharaf, ma’ani, bayan dan badi. Karena sumber rujukan hukum Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah yang berbahasa Arab. Tanpa menguasai bahasa Arab dengan baik, seseorang sulit untuk memahami keduanya dengan baik.

2. Tafsir Al-Qur’an
Ilmu ini membahas dan mempelajari tentang tafsir atau arti dari alquran yang dicari makna secara perkata dan dicari kaitannya secara harfiah maupun secara tersirat.

3. Ilmu Manthiq atau Logika
Ilmu ini membahas tentang bagaimana cara berpikir logis dan berargumentasi yang tepat. Oleh karenanya, seorang mujtahid harus menguasainya agar dia dalam menginterpretasikan hukum dari Al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan argumentasi yang tepat dan logis.

4. Ilmu Hadist
Seorang mujtahid harus menguasai benar hadis, asbabul wurud (konteksnya), pembagian-pembagiannya dan macam-macamnya.

5. Ilmu Rijal
Yaitu ilmu tentang perawi hadis. Seorang mujtahid harus mengetahui tentang biografi setiap perawi hadis sebelum mengkaji tentang matan hadis. Karena pengetahuan tentang ilmu ini akan menentukan kedudukan hadis dan akan mempengaruhi validitas hukum yang dikeluarkan oleh seorang mujtahid dari suatu hadis.

6. Ilmu Ushul Fiqih
Ilmu yang membahas tentang cara mengintrepretasikan hukum (dustur istinbath). Ilmu ini menggunakan peranan dari setiap disiplin ilmu yang dibutuhkan dalam istinbath (kitab al-Halaqat, karya Ayatullah Muhammad Baqir Shadr).

B. Pengertian Mubtada’ dan Khobar

Mubtada ialah isim marfu' yang bebas dari amil lafazh, sedangkan khabar ialah isim marfu' yang di-musnad-kan kepada mubtada, contohnya seperti perkataan: (Zaid berdiri); (dua Zaid itu berdiri); dan (Zaid-Zaid itu berdiri).

Maksudnya: Mubtada itu isim marfu' yang kosong atau bebas dari amil lafazh, yakni: yang me-rafa'-kan mubtada itu bukan amil lafazh, seperti fa'il atau naibul fa'il, melainkan oleh amil maknawi, yaitu oleh ibtida atau permulaan kalimat saja.

Sedangkan khabar adalah isim marfu' yang di-musnad-kan atau disandarkan kepada mubtada, yakni tidak akan ada khabar kalau tidak ada mubtada dan mubtada itulah yang me-rafa'-kan khabar,seperti lafazh: (Zaid berdiri). Lafazh menjadi mubtada yang di-rafa'-kan oleh ibtida, tanda rafa'-nya dengan dhammah karena isim mufrad. Sedangkan lafazh menjadi khabar-nya yang di-rafa'-kan oleh mubtada, tanda rafa'-nya dengan dhammah karena isim mufrad.
(Dua Zaid itu berdiri). Lafazh menjadi mubtada yang di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan alif karena isim tatsniyah. Sedangkan lafazh menjadi khabar yang di-rafa'-kan oleh mubtada, tanda rafa'-nya dengan alif karena isim tatsniyah.
(Zaid-Zaid itu berdiri). Lafazh mubtada dan menjadi khabar-nya, di-rafa'-kan dengan memakai wawu karena jamak mudzakkar salim.
Kata nazhim:

Mubtada ialah isim yang selamanya di-rafa'-kan dan terbebas dari setiap lafazh yang menjadi amil.

Sedangkan khabar ialah isim yang marfu' di-musnad-kan (disandarkan) kepada mubtada karena sesuai pada lafazhnya.

C. Pembagian Mubtada dan Khobar
Dalam bahasa arab, keberadaan mubtada’ dan Khobar dapat di bagi menjadi beberapa jenis.

1. Pembagian Mubtada

Mubtada itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu mubtada yang zhahir dan mubtada yang mudhmar (dhamir). Mubtada zhahir penjelasannya telah dikemukakan.

Sedangkan mubtada yang mudhmar (isim dhamir) ada dua belas, yaitu: (saya), (kami atau kita), (kamu -laki-laki), (kamu -perempuan), (kamu berdua -laki-laki/perempuan), (kalian -laki-laki), (kalian -perempuan), (dia -laki-laki), (ia -perempuan), (mereka berdua -laki-laki/perempuan), (mereka semua -laki-laki, (mereka semua -perempuan), seperti perkataan (saya berdiri).
Adapun meng-i'rab-nya adalah sebagai berikut: (saya) berkedudukan menjadi mubtada yang di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya mabni sukun. Sedangkan lafazh menjadi khabar-nya, di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan dhammah. Dan (kami berdiri). Lafazh berkedudukan menjadi mubtada, di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan mabni dhammah, sedangkan menjadi khabar-nya, juga di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan wawu karena jamak mudzakkar salim.
Dan lafazh yang menyerupainya, seperti:


Kata nazhim:

Mubtada, yaitu isim zhahir sebagaimana (pada contoh-contoh) yang telah dikemukakan, atau dhamir, seperti (kamu patut untuk menetapkan hukum -diantara manusia).

Tidak diperbolehkan membuat mubtada dengan menggunakan isim dhamir muttashil, tetapi diperbolehkan dengan setiap dhamir yang munfashil. Diantaranya ialah:


2. Pembagian Khabar

Khabar itu ada dua bagian, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair mufrad.
1. Khabar mufrad

(Khabar mufrad) adalah khabar yang bukan berupa jumlah (kalimat) dan bukan pula menyerupai jumlah.
Contoh: (Zaid berdiri); kedua-duanya isim mufrad.
Dan juga termasuk khabar mufrad bila mubtada dan khabar itu terdiri dari isim tatsniyah dan jamak, seperti contoh di bawah:
= Zaid-Zaid itu berdiri;
= dua Zaid itu berdiri;
= Zaid-Zaid itu berdiri.

2. Khabar ghair mufrad
Khabar ghair mufrad ialah, khabar yang terdiri dari jumlah, seperti jumlah ismiyah (mubtada dan khabar lagi), atau jumlah fi'liyyah (yaitu terdiri dari fi'il dan fa'il sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini).

Khabar ghair mufrad ada empat macam, yaitu: 1. Jar dan majrur; 2. zharaf; 3. fi'il beserta fa'ilnya; dan 4. mubtada beserta khabarnya. Contohnya seperti perkataan: (Zaid berada di dalam rumah); khabarnya terdiri dari jar dan majrur. (Zaid berada di sisimu); khabarnya zharaf, (Zaid, ayahnya telah berdiri); khabarnya terdiri dari fi'il dan fa'il. (Zaid hamba perempuannya pergi); khabar-nya terdiri dari mubtada dan khabar lagi.
Contoh lain:
= Ustadz atau guru itu berada di dalam madrasah atau sekolah.
Lafazh (lp 56) berkedudukan menjadi mubtada, sedangkan (lp 57) khabar-nya.
(lp 58) = Ustadz itu di hadapan murid-murid.
Lafazh (lp 59) menjadi mubtada, sedangkan (lp 60) zharaf makân (keterangan tempat) menjadi khabar-nya.
(lp 60) = Ustadz ltu tabiatnya baik.
Lafazh (lp 61) berkedudukan menjadi mubtada, dan (lp 62) fi'il madhi, sedangkan (lp 63) menjadi fa'il-nya. Jumlah fi'il dan fa'il berada pada mahall (tempat) rafa' yang menjadi khabar dari lafazh (lp 64)
(lp 65) = Zaid hamba perempuannya pergi.
Lafazh (lp 66) berkedudukan menjadi mubtada, sedangkan (lp 67) menjadi mubtada kedua, dan (lp 68) menjadi khabar dari mubtada kedua yang berada pada mahall (tempat) rafa' menjadi khabar lagi dari lafazh (lp 69).
Perlu diingatkan, bahwa khabar yang dibuat dari jumlah mubtada dan khabar, atau terdiri dari fi'il dan fa'il disebut khabar jumlah. Adapun khabar yang terdiri dari jar dan majrur atau zharaf disebut syibh (serupa) jumlah, karena jar-majrur dan zharaf itu bukan menjadi khabar yang sebenarnya, sebab yang menjadi khabar yang sebenarnya ialah muta'allaq-nya tersimpan atau tersembunyi, yang taqdir-nya dapat atau boleh dengan isim mufrad, seperti: (lp 70) atau dengan jumlah fi'il dan fa'il, seperti lafazh: (lp 71).
Lafazh: (lp 72), pada hakikatnya: (lp 73); (lp 74) pada hakikatnya: (lp 75).
Oleh karena lafazh muta'allaq-nya dapat di-taqdir-kan (diperkirakan) isim mufrad dan di-taqdir-kan fi'il madhi, maka disebutlah dengan syibh jumlah (serupa jumlah).
Kata nazhim:
(lp 76)
Adakalanya khabar itu mufrad dan ghair mufrad. Yang pertama ialah (khabar mufrad), yaitu lafazh dalam nazhaman (bait syair) yang telah disebutkan.
(lp 77)
Sedangkan khabar ghair mufrad hanya terbatas pada empat macam, yang lain tidak. Empat macam itu ialah zharaf, jar dan majrur, fa'il beserta fi'ilnya yang telah dikemukakan, dan mubtada beserta khabar yang dimilikinya


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam mempelajari bahasa arab perlu adanya pengertian terhadap nominal-nominal yang berlaku dalam tata bahasa arab
2. Mubtada’ dan khobar merupakan contoh dari penggunaan nominal dalam bahasa arab
3. Mubtada dan khobar dapat di bagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan jenis pembaginya

B. SARAN

Saran yang dapat kami berikan diantaranya adalah:
1. Dalam mempelajari bahasa arab, hendaknya kita mempelajari dulu dasar-dasar dari bahasa arab itu sendiri, dalam hal ini pengetahuan tentang ilmu sharaf dan nahwu menjadi sangat penting adanya
2. Hendaknya dosen memberikan tugas yang lebih diperinci dan mudah dalam pencarian sehingga dikemudian hari menjadikan tugas ini menjadi lebih spesifik atas satu pokok bahasan saja.


DAFTAR PUSTAKA

Http :// Wikipedia/arab/membahas_tentang_nominal_bahasa
Http://pdfsearchengine.com/penggunaan_bahasa_arab
Thoifuri, M.Ag.2000. ,Grammar For The Languages,Arabic & English, Semarang : CV. Aman Karya.
Syarifuddin, Ahmad. 2004. Bahasa Arab dan Penggunaanya. Jakarta : Gema Insani.
Tafsir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2002. Moppiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Malang : Usaha Nasional.

Read more

Diberdayakan oleh Blogger.

Tentang Saya

Foto saya
orangnya baek, jujur, baik hati,pecinta wanita, sekarang sedang kuliah di unisfat demak ambil tarbiyah

My Blogs

free counters

Followers

Categories

tags
Name: Alamat: Email:
Web hosting for webmasters