ilmu tasawuf

MAKALAH

MEMAHAMI HAKIKAT ILMU TASAWUF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu: Abdul Hamid, M. Ag






Disusun oleh :

Untung Ali Romdon


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Hidayah, dan Inayahnya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan. Tidak lupa Shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungn Nabi besar kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang mana Syafaatnya akan sangat kita nantikan di Yaumul Kiamah nanti. Amin.
Pembuatan makalah ini merupakan sarana pengembangan pembelajaran bagi mahasiswa tentang pendalaman ilmu tasawuf. Dalam makalah ini penulis memberikan sedikit pemahaman tentang hakikat ilmu tasawuf yang mudah- mudahan bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Dengan penuh kesadaran, kami memaklumi bahwa penyusunan makalah ini sangat jauh dari sempurna, sehingga sekiranya ada kritik dan saran yang membangun dari pembaca maupun dari teman-teman akademis lainnya yang sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah kami berikutnya.
Semoga dengan kehadiran makalah ini, sedikit atau banyak dapat berguna bagi para pembaca dan pendidik.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Penulis
DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I
PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang 1
B.Tujuan Penulisan 1
C.Rumusan Masalah 1
BAB II
PEMBAHASAN 2
A.Pengertian Tasawuf 2
B.Urgensitas Tasawuf 3
C.Konsep Ketuhanan Dalam Tasawuf 5
BAB III
PENUTUP 8
A.Kesimpulan 8
B.Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9



BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tasawuf pada mulanya dimaksudkan sebagai tarbiyah akhlak-ruhani: mengamalkan akhlak mulia, dan meninggalkan setiap perilaku tercela. Atau sederhananya, ilmu untuk membersihkan jiwa dan menghaluskan budi pekerti. Demikian Imam Junaid, Syeikh Zakaria al-Anshari mendefiniskan.
Asal kata sufi sendiri ulama berbeda pendapat. Tapi perdebatan asal-usul kata itu tak terlalu penting. Adapun penolakan sebagian orang atas tasawuf karena menganggap kata sufi tidak ada dalam al-Qur'an, dan tidak dikenal pada zaman Nabi, Shahabat dan tabi'in tidak otomatis menjadikan tasawuf sebagai ajaran terlarang, karena sebetulnya banyak sekali istilah-istilah (seperti nahwu, fikih, dan ushul fikih) yang lahir setelah periode Shahabat, tapi ulama kita tidak alergi, bahkan menggunakannya dengan penuh kesadaran.1
B.Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.Mengetahui pengertian tasawuf
2.Mengetahui urgensitas tasawuf
3.Mengetahui konsep ketuhanan dalam tasawuf
C.Rumusan Masalah
Hal- hal yang dapat dijadikan rumusan masalah adalah:
1.Apakah pengertian tasawuf ?
2.Bagaimanakah urgensitas tasawuf ?
3.Bagaimanakah konsep ketuhanan dalam tasawuf ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Tasawuf
Para pengkaji ilmu tasawuf berselisih pendapat tentang pengertian atau definisi tasawuf. Perselisihan mereka bermula dari perkataan Sufi itu sendiri. Ada yang membahas dari sudut maksudnya, ada yang membahas dari sudut asal usulnya dan ada yang membahas dari sudut masa kelahiran perkataan itu sendiri.
Syeh Abdul Qadir al-Jilani rahimahullah (561H) ialah orang yang berjaya merealisasikan ciri-ciri murni serta sifat-sifat mulia sehingga dia berhak untuk disebut sebagai seorang Sufi. Beliau menulis: “Sufi diambil dari kata al-Mushafaat, yaitu seorang hamba yang disucikan Allah atau orang yang suci daripada penyakit jiwa, bersih dari sifat-sifat tercela, menempuh mazhabnya yang terpuji dan mengikuti hakikat serta tidak tunduk kepada salah seorang makhluk.”
Dalam ketika yang lain Syeh Abdul-Qadir al-Jilani berkata:” Sufi ialah orang yang bersih batinnya dan zahirnya serta mengikuti Kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya”.
Jadi Syeh Abdul-Qadir al-Jilani mengartikannya sebagai berikut Tasawuf ialah percaya kepada Yang Haq (Allah) dan berperilaku baik kepada makhluk. Pengertian ini beliau jelaskan sebagai berikut:
Yaitu bertaqwa kepada Allah, mentaati-Nya, menerapkan syariat secara zahir, menyelamatkan hati, memperkayakan hati, mengindahkan wajah, berdakwah, mencegah penganiayaan (ke atas orang lain), sabar menerima penganiayaan dan kefakiran, menjaga kehormatan guru, bersikap baik dengan saudara, menasihati orang kecil dan besar, meninggalkan permusuhan, bersikap lemah lembut, melaksanakan keutamaan, menghindari dari menyimpan(harta benda), menghindari persahabatan dengan orang yang tidak setingkat (dalam keimanan) dan (akhirnya) tolong menolong dalam urusan agama dan dunia.
Dari pengertian Tasawuf diatas merupakan sifat-sifat mulia yang patut diterapkan oleh orang Islam ke atas dirinya. Penerapan ini dilakukan dengan bermujahadah, yakni pertarungan ruhani untuk mengawal dan menumpaskan nafsu yang tercela. Apabila seseorang itu berjaya menerapkan dan merealisasikan ciri-ciri murni dan sifat-sifat mulia tersebut, barulah dia digelar sebagai seorang Ahli Sufi.
Pengertian Tasawuf dan Sufi yang diberikan oleh Syeh Abdul-Qadir al-Jilani di atas mungkin berbeda dengan tokoh-tokoh tasawuf yang lain. Namun jika dicermati perbedaan-perbedaan ini, akan didapati bahwa kesemuanya tetap mengarah kepada maksud yang satu.
Ulama lain mendefinisikan tasawuf dengan "membersihkan hati dan anggota-anggota lahir daripada dosa-dosa, kesalahan dan kesilapan". Artinya bersih luar dan bersih di dalam.
Bersih di dalam: Maksudnya membersihkan hati daripada riya, ujub, pendendam dan lain-lain mazmumah, lebih-lebih lagi daripada syirik.
Bersih di luar: Maksudnya bersih daripada membuat yang haram, berpakaian yang haram, bercakap yang haram, menjaga mata, telinga daripada melihat dan mendengar yang haram serta lain-lain2
B.Urgensitas Tasawuf
Setiap manusia memiliki lima unsur yang penting di dalam dirinya. Lima unsur tersebut adalah (1) Ruh, (2) Qalbu atau hati, (3) Hawa nafsu atau Syahwat, (4) Jasad dan (5) Anggota Badan. Peranan kelima-lima unsur ini boleh diumpamakan sebagai sebuah kerajaan di mana Ruh adalah Sultannya, Qalbu adalah singgahsananya, Hawa Nafsu adalah musuh dalaman, Jasad adalah wilayah kekuasaannya dan Anggota Badan adalah rakyatnya.
Ilmu Tasawuf berperan membantu Ruh untuk melakukan Mujahadah ke atas Hawa Nafsu dan pada waktu yang sama membantu meningkatkan lagi kecemerlangan Ruh itu sendiri. Tujuannya tidak lain supaya Ruh dan segala yang dipimpinnya berjaya menjadi manusia yang mulia di sisi Allah dan mencapai kejayaan yang hakiki di dunia dan akhirat.
Untuk merealisasikan tujuan di atas, ilmu tasawuf tidak berperanan secara tersendiri atau berasingan. Ia bergandengan bahu dengan lain-lain ilmu syariat Islam seperti aqidah yang tulen di sisi Ahl al- Sunnah wa al-Jamaah dan amal yang ikhlas lagi benar di sisi al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih. Setiap tokoh dan penuntut tasawuf yang berada di atas jalan yang benar tidak sekali-kali akan memisahkan ilmu tasawuf dengan ilmu syariat.
Setiap individu Muslim yang berada di atas jalan yang benar tidak boleh mengasingkan ilmu tasawuf daripada dirinya. Pengasingan daripada ilmu tasawuf akan menyebabkan diri seseorang itu terserlah dengan sifat yang tercela seperti riya, ujub, hasad, membazir, bakhil, malas, tidak berdisiplin, berburuk sangka dan lain- lainnya sekalipun dia beriman kepada Allah dan mendirikan solat.
Malah pengasingan ilmu tasawuf akan menyebabkan dia terhindar dari sifat-sifat mulia seperti al-Tawabah (sentiasa beristighfar dan bertaubat), al-Zuhd (membebaskan hati daripada mencintai dunia), al-Shabr (sabar), al-Syukr (berterima kasih), al-Ridha (rela terhadap Allah), al-Khauf (takut kepada Allah), al-Haya; (malu kepada Allah), al-Raja; (mengharapkan pertemuan dengan Allah), al-Faqr (berhajat kepada Allah), al-Tawakkul (berserah kepada Allah) dan al-Mahabbah (cinta yang tidak berbelah kepada Allah).
Imam Ghazali dalam an-Nusrah an-Nabawiahnya mengatakan bahwa mendalami dunia tasawuf itu penting sekali. Karena, selain Nabi, tidak ada satupun manusia yang bisa lepas dari penyakit hati seperti riya, dengki, hasud dll. Dan, dalam pandangannya, tasawuf lah yang bisa mengobati penyakit hati itu. Karena, tasawuf konsentrasi pada tiga hal dimana ketiga-tiganya sangat dianjurkan oleh al-Qur'an al-karim. Pertama, selalu melakukan kontrol diri, muraqabah dan muhasabah. Kedua, selalu berdzikir dan mengingat Allah SWT. Ketiga, menanamkan sifat zuhud, cinta damai, jujur,sabar, syukur, tawakal, dermawan dan ikhlas.
C.Konsep Ketuhanan Dalam Tasawuf
Esensi tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Allah sehingga ia dapat melihatnya dengan mata hati, bahkan ruhnya dapat bersatu dengan ruh Tuhan.
Filsafat yang menjadi dasar pendekatan diri kepada Tuhan dalam ilmu tasawuf, menurut Harun Nasution, Tuhan bersifat ruhani, maka bagian yang dapat mendekatkan diri kepada Tuhan adalah ruh, bukan jasadnya. Kedua, Tuhan adalah Maha Suci, maka yang dapat diterima Tuhan untuk mendekatinya adalah ruh yang suci
Dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia dijelaskan dalam al Qur’an

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al baqarah:186 )
Kaum sufi mengartikan “doa” (seruan ) disini bukan seperti lazimnya pengertian doa, tetapi berseru agar Tuhan mengabulkan seruannya untuk melihat Tuhan dan dekat kepada-Nya. Dia berseru agar Tuhan membuka hijab dan menampakan diri-Nya kepada yang berseru. Tentang dekatnya Tuhan di digambarkan dalam al- Qur’an

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 155), ayat ini berarti bahwa Tuhan dapat dijumpai dimana saja.
Untuk mencari Tuhan, seorang sufi tidak perlu pergi jauh, cukup ia masuk kedalam dirinya sendiri, dan Tuhan yang dicarinya akan ia jumpai dalam dirinya sendiri.( Harun Nasution, 1973). Pemahaman ini didasarkan pada pemahaman maksud dari firman Allah

“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Anfaal: 17)
Sufi melihat persatuan manusia dengan Tuhan. Perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan. Bahkan Tuhan dekat bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada makhluk lain. Ini ditegaskan dalam Hadist Qudsi berikut:” Pada mulanya Aku adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, maka Ku ciptakan makhluk, dan melalui merekaAku pun di kenal.”( Harun Nasution, 1973 )
Dari sini kemudian munculah paham bahwa Tuhan dan makhluk bersatu. Kalau ayat diatas mengandung arti ittihad, persatuan manusia dengan Tuhan, maka Hadist yang disebut terakhir mengandung konsep wahdat al- wujud kesatuan wujud makhluk dengan Tuhan.
Demikianlah ayat- ayat al Qur’an dan Hadist Nabi menggambarkan betapa dekatnya Tuhan dengan manusia dan makhluk- makhluk lain. Seorang sufi yang khusyu’ dan banyak beribadat akan merasakan kedekatan Tuhan, lalu melihat Tuhan dengan mata hatinya, dan akhirnya mengalami persatuan ruh dengan Tuhan, dan inilah hakikat tasawuf.3
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari uraian penulis diatas dapat disimpulkan bahwa Syeh Abdul-Qadir al-Jilani mengartikan Tasawuf dengan percaya kepada Yang Haq (Allah) dan berperilaku baik kepada makhluk. pengertian Tasawuf diatas merupakan sifat-sifat mulia yang patut diterapkan oleh orang Islam ke atas dirinya.
Ilmu Tasawuf berperan membantu Ruh untuk melakukan Mujahadah ke atas Hawa Nafsu dan pada waktu yang sama membantu meningkatkan lagi kecemerlangan Ruh itu sendiri. Tujuannya tidak lain supaya Ruh dan segala yang dipimpinnya berjaya menjadi manusia yang mulia di sisi Allah dan mencapai kejayaan yang hakiki di dunia dan akhirat.
Mendalami dunia tasawuf itu penting sekali. Karena, selain Nabi, tidak ada satupun manusia yang bisa lepas dari penyakit hati seperti riya, dengki, hasud dll. Esensi tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Allah sehingga ia dapat melihatnya dengan mata hati, bahkan ruhnya dapat bersatu dengan ruh Tuhan.
B.Saran
Dalam penyusuan makalah ini penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1.Hendaknya para pembaca memahami apa yang penulis sampaikan dalam makalah ini.
2.Dalam pembuatan makalah diperlukan sumber- sumber yang relavan yang mendukung pendapat penulis.
3.Hendaknya para pembaca menjadikan tasawuf sebagai ilmu batin sehingga dapat mendekatkan diri kepada Tuhan.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an digital versi 1.2, 2003,Depag: Jakarta.
Syukur, Amin MA. 2002. Menggugat Tasawuf”. Jakarta: Pustaka Pelajar.
http://www.cyberMQ.com. Di download tanggal 19 April 2010 pukul 11.00 wib
http://kawansejati.ee.itb.ac.id. Di download tanggal 19 April 2010
pukul 11.00 wib


0 komentar to "ilmu tasawuf"

Diberdayakan oleh Blogger.

Tentang Saya

Foto saya
orangnya baek, jujur, baik hati,pecinta wanita, sekarang sedang kuliah di unisfat demak ambil tarbiyah

My Blogs

free counters

Followers

Categories

tags
Name: Alamat: Email:
Web hosting for webmasters